SIKLUS-INDONESIA.ID, Manado – Langkah Kapolda Sulut Irjen. Pol. Roycke Harry Langie meminta keterangan soal dana hibah Rp 16 miliar dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) ke GMIM terus diapresiasi masyarakat, sebaliknya pernyataan Steven Kandouw dituding sebagai upaya mencari panggung dengan mempolitisasi agama.
Penilaian tersebut dikemukakan Dolfie Maringka, warga Kabupaten Minahasa Utara menanggapi pemanggilan Polda Sulut terhadap ketua dan mantan ketua Sinode Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM), guna menindaklanjuti laporan masyarakat tentang dugaan penyimpangan dana hibah tersebut.
Menurut Dolfie langkah Polda Sulut meminta keterangan pata petinggi GMIM itu janganlah diartikan sebagai tindakan aparat hukum mengobok-obok gereja sebagai organisasi.
“Harus dibedakan antara organisasi dengan personel di dalamnya. Dan Pak Kapolda kan sudah menyatakan beliau itu juga GMIM sehingga tidak mungkin akan merusak GMIM,” tegas Dolfie menegaskan dukungannya pada langkah Polda Sulut itu.
Karena itu, Om DM, panggilan akrabnya, sangat menyayangkan statement Wakil Gubernur Sulut yang juga calon gubernur, Steven Kandouw yang menilai tindakan Polda Sulut itu sebagai upaya merusak GMIM.
“Steven Kandouw jangan pura-pura tidak tahu (langkah Polda) itu dan kemudian kase atatement begitu. Ini seperti mempolitisasi GMIM, karena sebenarnya urusannya soal penegakan hukum, jangan kemudian dibawa ke politik,” ujar Dolfie menyesalkan.
Seperti telah ramai diberitakan media, Steven Kandouw membuat pernyataan yang mengejutkan banyak pihak dengan menyatakan dirinya siap mundur dari pencalonan gubernur demi melindungi GMIM dari intervensi yang dapat merusak kehormatan dan kedamaian gereja.
Steven Kandouw dalam pernyataannya, menegaskan bahwa gereja hanya menjadi “korban” dalam situasi ini. “Sebetulnya sasarannya saya, calon gubernur dari warga GMIM. Hingga GMIM yang mau disalahkan,” kata Pnt Steven Kandouw yang juga Wakil Ketua Sinode GMIM Bidang Sumber Daya dan Dana.
“Saya bersedia tukar saja. Saya nggak perlu mencalonkan, tidak usah jadi gubernur, asal gereja kita ini jangan diobok-obok. Jangan disalahkan gereja kita,” ujar Kandouw sedih.
Kandouw juga menyatakan bahwa jika keinginannya menjadi Gubernur Sulawesi Utara dapat mengakibatkan gangguan terhadap GMIM, ia rela mengorbankan ambisi tersebut.
“Saya bersedia kalau perlu berikan kursi gubernur itu ke orang lain yang menginginkannya. Lebih penting bagi saya, biarkan GMIM tetap berdiri mulia, membesarkan nama Tuhan,” kata Kandouw disambut tepuk tangan riuh ribuan Pelsus dan Komisi doa dan penginjilan GMIM yang memadati Gereja Bukit Moria Rike.
“Kalau tidak ingin saya jadi gubernur, jangan kasiang gereja yang diobok obok,” tambahnya.
Pemilih Sulut sendiri dari 1,9 juta pemilih, sekitar 700 ribu merupakan warga GMIM, sebagai organisasi keagamaan terbesar di Sulut dengan anggota hampir 1 juta jiwa.
Sebagai politisi senior yang kini berkiprah di birokrasi, menurut Dolfie, dia meyakini Steven Kandouw paham soal aturan calon peserta Pilkada 2024 ini. “Sudah jelas aturannya calon yang telah ditetapkan tak bisa lagi mundur, lalu kenapa dia mengeluarkan pernyataan siap mundur demi gereja. Ini kan mempolitisasi agama namanya,” tandasnya.
Selain terhadap GMIM, Dolfie Maringka juga mengapresiasi Kapolda yang menelisik penggunaan dana insentif fiskal di Pemprov Sulut. “Ayo torang dukung Pak Kapolda membersigkam Sulut,” ajak mantan birokrat yang lama berkiprah di kantor Sekretariat Negara (Setneg) ini dan pernah menjadi Staf Khusus (stafsus) Gubernur Olly Dondokambey itu.(dkg)